Pemasaran Produk Kelor Ternyata Cukup Unik Ya..

Digital Marketing Jakarta
4 min readJul 30, 2022

Kali ini saya akan berbagi pengalaman yang cukup unik, yakni pemasaran produk kelor. Ada beberapa hal yang menarik yang mungkin dapat bermanfaat untuk wawasan para teman-teman di bidang digital marketing.

super food indonesia
Header website belanja online kelor (superfood Indonesia)

Produk Kelor itu Apa ya ?

Kelor, baik daunnya, bijinya dan bunganya ternyata punya kandungan gizi yang dahsyat.

Saya telusuri, banyak sekali artikel ilmiah mengenai kelor atau moringa oleifera.

Di luar negeri, kelor disebut sebagai Super Food, masalahnya di Indonesia masih minim sosialisasi dan edukasi mengenai manfaat kelor.

Beberapa waktu yang lalu kami kedatangan client sebuah perkebunan kelor dan sekaligus produsen produk olahan kelor yang boleh dikatakan terbaik di Indonesia dan Asia Tenggara.

Client kami tersebut memiliki produk inti berupa tepung kelor yang paling halus di Indonesia dan Asia Tenggara, yakni 500 mesh dan sekarang sedang uji coba membuat ukuran nano (nano moringa).

Produk olahan dari kelor (baik tepung daun kelor maupu daun kelor kering) ini lantas dibuat menjadi produk turunan lainnya, seperti:

  • kopi kelor
  • teh kelor
  • kapsul kelor
  • dan sebagainya

Pada awalnya, mereka memang hanya membuat website sama saya. Di antara beberapa website tersebut ada yang merupakan:

Coba ikut memasaran via media sosial

Kemudian saya coba ikut memasarkan di media sosial, menggunakan akun pribadi saya sendiri. Ternyata tanggapan netizen terhadap kelor ini kalau mengikuti gaya bahasa para pejabat nusanta.. rata-rata kurang menggembirakan.

Tanggapan mereka rata-rata seperti ini:

  1. Kelor ngapain beli, di belakang rumah juga ada
  2. Kelor untuk usir jin dan setan, ampun untuk menangkal santet dan orang kesurupan
  3. Kelor makanan untuk orang miskin.

Uniknya, jika kita berusaha menawarkan atau menjual produk kelor ini maka pertentangan yang akan kita temui.

Memang diawal, Client kami tersebut telah memberikan informasi ke kami, bahwa mereka tidak memerlukan pemasaran kelor alias

“jangan jualan kelor, tapi tanam dan makan kelor”.

Disini saya berpikir, bahwa tipe produk B2C seperti ini tidak bisa hard selling alias memerlukan strategi inbound marketing atau sosialisasi dan edukasi.

Jadi, cukup unik memang pemasaran produk kelor ini.

Fyi, sebetulnya Client kami ini sudah dapat full order kontrak jangka panjang untuk ekspor dan malahan tidak mencukupi kapasitasnya, permintaan 120 ton per bulan mereka dengan kebun dan pabrik baru di Palu hanya mencukupi tidak sampai 1/3 nya.

Permintaan kelor produksi BUMDes ke Jepang 40 ton per minggu
Permintaan kelor produksi BUMDes ke Jepang 40 ton per minggu — Antaranews.com

Pasar Kelor di Indonesia

Market size kelor di Indonesia sebetulnya cukup besar jika sosialisasi dan edukasi sudah berjalan dengan baik.

Contoh untuk penanganan stunting, ada 6 juta Balita yang mengalami stunting (kurang pertumbuhan berat dan tinggi badan) serta malnutrisi (kurang gizi).

Di beberapa negara seperti di belahan benua Afrika dan Filipina, penanganan Balita stunting dengan memberikan tepung kelor sebagai asupan tambahan hanya memerlukan waktu 4 bulan.

Setiap Balita memerlukan 10 gram tepung kelor setiap harinya. Dari sini kita dapat hitung berapa market size tepung kelor di Indonesia yang ada 6 juta Balita stunting.

Per Balita akan membutuhkan 10 gram x 30 hari x 4 bulan = 1.200 gram tepung kelor.

Ini artinya memerlukan 1.200 gram x 6 juta Balita atau 7.200 ton untuk 4 bulan.

Per bulan di Indonesia membutuhkan 1.800 ton tepung kelor berkualitas untuk penanganan stunting.

Masalahnya adalah kapasitas nasional untuk produksi kelor baru menyentuh sekitar ratusan ton per bulan saja. Belum lagi soal kualitas tepung kelor, mulai dari penanaman organik, cara pengeringan hingga pengolahan dan pengemasan dapat menjadi hal yang rumit ketika datang untuk memastikan efektivitas tepung kelor sebagai penanganan stunting.

Kesimpulan

Pemasaran produk kelor untuk pasar retail di Indonesia cukup unik. Perusahaan atau produsen memang perlu melakukan sosialisasi dan edukasi.

Penggunaan iklan berbayar tidak akan efektif jika tidak didahului dengan pemasaran organik seperti Search Engine Optimization atau SEO.

Orang mengetahui ada produk kelor memang bisa lebih cepat melalui media sosial, akan tetapi mereka akan melakukan Googling dan ketika produk atau bisnis Anda tidak mereka temukan maka konversi retail ini akan lepas dan biaya iklan di medsos akan “menguap”.

Iklan berbayar di search engine jika dibanding dengan hasil pencarian organik sudah pernah diteliti oleh beberapa praktisi di SEMRush, HubSpot dan lainnya, bahwa orang cenderung mempercayai hasil penelurusan organik.

Ini memang salah satu kelebihan SEO yang mungkin “terlewatkan” oleh banyak pelaku bisnis.

SEO sendiri bersifat laten, berbeda dengan hard selling. Ini akan banyak manfaatnya di jangka panjang, dan memang salah satu keberatan umum karena biaya SEO ini sendiri lebih mahal dari biaya iklan di search engine. Akan tetapi dalam waktu yang panjang, biaya SEO tersebut jika dihitung akan sangat jauh lebih murah ;)

--

--