Penulis Onani

Digital Marketing Jakarta
2 min readJun 25, 2023

Saking hebatnya, rasa melambung tinggi di awang-awang bagai layangan yang terbang bersahaja. Merangkai kata memuaskan nafsu diri sendiri membuat lupa diri, mirip onani.

Padahal tanpa mau mendengar mana bisa memahami. Jiwa yang berotot terus terpacu dengan pemikiran yang kuat bersama nafsu membuncah nurani.

Amarah tersalurkan dalam proses pencarian pembenaran terhadap kebenaran yang terasa masih berat tuk diakui. Perkara “di” dan “ke” dapat menjadi penghakiman atas sampul yang belum terbuka isinya.

Hidup semakin terasa berat terhimpit gengsi akibat terlalu tinggi melayang termabukkan kata-kata yang memperkosa diri sendiri.

Jika seorang penulis suka berbuat kebaikan, tentu senangnya menebarkan manfaat. Apa jadinya jika seorang penulis suka beronani? lebih baik jangan menulis dulu ya. Sadari diri tanpa perlu dinasihati, sehingga tak perlu iri pada kebenaran dan lari dari kenyataan.

Pemikiran gosong hasilkan kehitaman, abu-abu saja sudah sangat bagus. Keangkuhan memutar balikkan nasihat untuk diri sendiri menjadi rangkaian kata yang bersahaja setinggi mungkin untuk menginjak bukan merangkul. Lahirlah “Si Pahit Lidah”.

Sungguh amat disayangkan, potensi besar yang dapat bercahaya menjadi redup karena keangkuhan dan kesombongan, terlalu lama bisa kelam dan bernoda.

Merasa sudah berikan manfaat dan lebih banyak pengalaman dapat mengubah kebaikan menjadi debu. Seharusnya, jika memang sudah berikan banyak manfaat dan miliki lebih banyak pengalaman dapat lebih bijaksana, alih-alih menjadi anti-kritik.

“Jika ahli, tak perlu sombongkan diri…”

Akibatnya sering menerabas peraturan, nilai-nilai menjadi kabur seperti asap rokok. Menutup aurat saja jadi makin sulit untuk dipahami, padahal terserah mau pakai jilbab, hijab, khimar, sarung, karung sekalipun itu bebas-bebas saja.

Hidup terasa sempit, bahkan kebaikan dari orang lain sudah tak mampu lagi dihargai, apalagi disyukuri. Tafakuri nikmatNya, agar hati terasa lapang.

Serahkanlah semuanya kepada yang maha. Ambil nafas sejenak, kaji ulang pemikiran, telurusi makna. Jalani saja dahulu yang tersurat sebelum yang tersirat. Bisa karena biasa, tidak biasa karena tidak bisa, permainan kata terasa hampa manfaat, bahkan untuk diri sendiri.

Sungguh menderita sekali kalian para penulis onani. Diberi kebaikan kalian nistakan dan sia-siakan, demi diri melambung tinggi. Merugi tanpa henti dan jatuh terjerembab berkali-kali, berusaha tetapkan ketinggian hati, demi apa? jati diri? harga diri?.

Cukupi diri tanpa mengebiri harga diri, terhindar dari menipu diri sendiri.

Sadarlah kalian para penulis onani!

Tulisan iseng-iseng non SEO :D

GenDeRuo

--

--